JAKARTA-Kebutuhan akan tenaga kerja konstruksi yang kompoten
bersifat baik ahli maupun terampil merupakan suatu keniscayaan mengingat
proyek Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) menelan biaya yang tidak sedikit.
"Nilai investasi infrastruktur 2010-2015 diperkirakan mencapai lebih
1.700 triliun," ujar Kepala Badan Pembinaan Konstruksi PU Bambang
Goeritno di Jakarta, Kamis (3/1).
Adapun peran strategis sektor konstruksi terhadap perekonomian nasional
tidak diragukan lagi. Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2011
mencatat, sektor konstruksi menyumbang 10,2% terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional.
Sementara tenaga kerja konstruksi terampil dan profesional sangat
sedikit. Data BP Konstruksi menyebutkan dari tenaga kerja konstruksi
yang berjumlah sekitar 6,34 juta orang, kelompok tenaga ahli sekitar 10%
dan kelompok tenaga terampil 30% dan kelompok buruh kasar sekitar 60%.
"Isu strategis yang saat ini perhatian kami yakni melakukan pembinaan
kepada penyedia jasa konstruksi yang bertindak tidak profesional,
memberikan sanksi dan penghargaan pada penyedia jasa konstruksi,"
ujarnya
Dia menuturkan, sebagai gambaran, penyedia jasa konstruksi nasional
saat ini lebih banyak didominasi oleh Badan Usaha Kualifikasi Kecil
berkisar 89% sementara Badan Usaha Kualifikasi Besar hanya 7% dari
sekitar 6.000-an Badan Usaha Konsultan. Sementara kontraktor kecil 88 %,
dan kontraktor besar hanya 1% dari sekitar 182 ribu kontraktor.
sumber :
bisnis.com
sumber :
bisnis.com